Perjalanan Menuju Panwascam!


Menjadi seorang Panitia Pengawas Kecamatan Matakali bukanlah sesuatu yang sejak awal saya rencanakan. Namun, perjalanan hidup sering kali membawa kita ke jalan yang tidak terduga, dan demikianlah saya, Alfian Alghifari, akhirnya memutuskan untuk mengabdikan diri dalam menjaga integritas demokrasi di negeri ini.

Motivasi terbesar saya untuk ikut terlibat sebagai Panwascam sebenarnya berasal dari obsesi saya terhadap acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang sering tampil di TV One. Melihat diskusi para tokoh hebat seperti Rocky Gerung, Iman Putra Sidin, Effendi Gazali, Anhar Gonggong, hingga Sudjiwo Tedjo, saya merasa tertarik dan terpacu untuk suatu hari bisa menjadi bagian dari dunia yang mereka geluti—dunia penuh analisis, argumen, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat. Ketajaman berpikir mereka, keberanian mereka dalam mengutarakan opini, dan pengaruh mereka dalam membentuk opini publik membuat saya terinspirasi untuk mengambil langkah nyata di bidang yang saya bisa. Menjadi Panwascam, saya rasa, adalah awal yang tepat untuk itu.

Perjalanan saya menjadi anggota Panwascam dimulai dari proses pendaftaran yang penuh tantangan dan pengalaman berkesan. Tahapan ini melibatkan pemberkasan, tes tulis berbasis CAT, hingga tes wawancara.

Pada tahap pemberkasan, saya mengumpulkan berbagai dokumen yang diperlukan, termasuk identitas, surat keterangan sehat, hingga surat bebas narkoba. Menariknya, meskipun tes narkoba baru diwajibkan bagi peserta yang dinyatakan lulus, saya tetap mengurus dan menyerahkan hasil tes narkoba pada tahap awal. Langkah ini saya ambil sebagai bentuk kesiapan dan komitmen penuh terhadap proses seleksi. Walaupun terdengar berlebihan, saya ingin menunjukkan keseriusan saya untuk menjadi bagian dari Panwascam.

Saat tes tulis berbasis CAT, saya bertemu dengan banyak peserta dari berbagai latar belakang. Salah satu momen yang paling saya ingat adalah pertemuan dengan seseorang bernama Halik Caco, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Panwascam Matakali. Saat itu, Halik mendekati saya dengan sikap yang sangat akrab. Dia sok asik dan sok kenal, bahkan sempat meminta permen dari saya. Awalnya, saya mengira dia ingin meminjam uang, tetapi ternyata hanya permen. Interaksi sederhana ini menjadi awal dari hubungan kerja yang penuh warna dan saling mendukung hingga saat ini.

Tahap wawancara menjadi pengalaman yang cukup menegangkan sekaligus menantang. Jadwal wawancara yang seharusnya saya ikuti berubah mendadak karena satu dan lain hal yang diputuskan oleh pihak kabupaten. Perubahan ini memaksa saya untuk menyesuaikan diri dan tetap fokus meski kondisi di luar dugaan. Dalam wawancara tersebut, saya ditanya mengenai pemahaman tentang peraturan pilkada, strategi pengawasan, serta bagaimana saya menyikapi berbagai tantangan di lapangan. Saya menjawab dengan jujur dan berdasarkan pengalaman serta pemahaman yang saya miliki. Momen ini menjadi pembuktian atas komitmen saya untuk ikut menjaga integritas demokrasi di tingkat lokal.

Selain itu, saya ingin membuktikan bahwa anak muda juga bisa berperan besar dalam demokrasi. Tidak perlu menjadi politisi untuk berkontribusi; menjadi bagian dari pengawas pilkada sudah cukup untuk memulai perubahan. Dengan menjadi Panwascam, saya tidak hanya berkontribusi dalam pengawasan, tetapi juga belajar memahami bagaimana sistem demokrasi bekerja di tingkat akar rumput. Ini adalah pelajaran langsung yang tidak bisa saya dapatkan di mana pun.

Di balik keputusan ini, ada harapan besar yang saya bawa. Saya ingin melihat Pilkada yang tidak hanya menghasilkan pemimpin yang berkualitas, tetapi juga proses pilkada yang bermartabat. Sebuah demokrasi yang benar-benar mencerminkan kehendak rakyat, bukan kehendak segelintir orang yang memiliki kuasa dan uang.

Demikianlah perjalanan saya menjadi seorang Panwascam dimulai. Dengan semangat, idealisme tapi tetap berkompromi, dan tekad yang kuat, saya melangkah ke dunia pengawasan pilkada, siap menghadapi tantangan apa pun demi menjaga keadilan dan kejujuran dalam demokrasi.


  • Peran dan Tanggung Jawab Panwascam

Sebagai seorang Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) Matakali, saya, Alfian Alghifari, mengemban amanah besar untuk memastikan bahwa proses pilkada di tingkat kecamatan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi yang jujur, adil, dan transparan. Tugas ini bukan hanya soal mengawasi, tetapi juga menyelami inti dari pelaksanaan demokrasi di Indonesia.

1. Mengawasi Pelaksanaan Kampanye

Tahapan kampanye adalah salah satu fase yang paling rentan terhadap berbagai bentuk pelanggaran. Dalam peran ini, saya bertanggung jawab untuk memantau setiap aktivitas peserta pilkada agar tidak melanggar aturan, seperti politik uang, kampanye hitam, atau penggunaan fasilitas negara. Pengawasan ini memerlukan kewaspadaan tinggi dan komitmen untuk tetap netral di tengah tekanan berbagai pihak.

2. Menegakkan Pencegahan dan Penanganan Pelanggaran

Tugas Panwascam tidak hanya reaktif tetapi juga preventif. Saya harus memastikan bahwa potensi pelanggaran dapat diminimalisasi melalui sosialisasi aturan kepada peserta pilkada dan masyarakat. Namun, ketika pelanggaran terjadi, saya memiliki tanggung jawab untuk menindaklanjutinya sesuai prosedur hukum, dengan tetap menjunjung tinggi asas keadilan.

3. Menyelesaikan Sengketa pilkada

Sengketa dalam proses pilkada adalah hal yang tidak dapat dihindari. Sebagai Panwascam, saya dituntut untuk menjadi fasilitator dalam menyelesaikan sengketa dengan pendekatan yang profesional, objektif, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelesaian ini harus dilakukan tanpa memihak demi menjaga kredibilitas lembaga pengawas.

4. Melakukan Koordinasi dengan Pemangku Kepentingan

Keberhasilan pengawasan pilkada tidak dapat dicapai secara individual. Saya harus menjalin kerja sama erat dengan pihak-pihak terkait, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU), aparat keamanan, dan organisasi masyarakat. Sinergi ini penting untuk menciptakan lingkungan pilkada yang kondusif dan bebas dari konflik.

5. Menyusun Laporan dan Evaluasi

Setiap tindakan dan temuan di lapangan harus didokumentasikan secara rinci. Penyusunan laporan yang akurat menjadi dasar evaluasi untuk memperbaiki proses pilkada di masa mendatang. Laporan ini juga mencerminkan integritas dan profesionalisme Panwascam dalam menjalankan tugasnya.

6. Menjaga Netralitas dan Integritas

Netralitas adalah jantung dari tugas seorang Panwascam. Saya harus memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil didasarkan pada fakta dan aturan, tanpa terpengaruh oleh tekanan atau kepentingan pihak tertentu. Dengan menjaga netralitas, saya dapat memberikan kontribusi nyata untuk mewujudkan pilkada yang bersih dan bermartabat.

Sebagai Panwascam, saya percaya bahwa tanggung jawab ini adalah bentuk pengabdian kepada negara dan masyarakat. Meski penuh tantangan, saya menjalani peran ini dengan dedikasi tinggi, meyakini bahwa setiap upaya yang dilakukan adalah investasi untuk masa depan demokrasi Indonesia yang lebih baik.










Posting Komentar

0 Komentar

Perjalanan Menuju Panwascam!