Menjadi seorang Panitia
Pengawas Kecamatan Matakali bukanlah sesuatu yang sejak awal saya rencanakan.
Namun, perjalanan hidup sering kali membawa kita ke jalan yang tidak terduga,
dan demikianlah saya, Alfian Alghifari, akhirnya memutuskan untuk
mengabdikan diri dalam menjaga integritas demokrasi di negeri ini.
Motivasi terbesar saya
untuk ikut terlibat sebagai Panwascam sebenarnya berasal dari obsesi saya
terhadap acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang sering tampil di TV One.
Melihat diskusi para tokoh hebat seperti Rocky Gerung, Iman Putra Sidin,
Effendi Gazali, Anhar Gonggong, hingga Sudjiwo Tedjo, saya merasa
tertarik dan terpacu untuk suatu hari bisa menjadi bagian dari dunia yang
mereka geluti—dunia penuh analisis, argumen, dan kontribusi nyata terhadap
masyarakat. Ketajaman berpikir mereka, keberanian mereka dalam mengutarakan
opini, dan pengaruh mereka dalam membentuk opini publik membuat saya
terinspirasi untuk mengambil langkah nyata di bidang yang saya bisa. Menjadi
Panwascam, saya rasa, adalah awal yang tepat untuk itu.
Perjalanan saya menjadi
anggota Panwascam dimulai dari proses pendaftaran yang penuh tantangan dan
pengalaman berkesan. Tahapan ini melibatkan pemberkasan, tes tulis berbasis
CAT, hingga tes wawancara.
Pada tahap pemberkasan,
saya mengumpulkan berbagai dokumen yang diperlukan, termasuk identitas, surat
keterangan sehat, hingga surat bebas narkoba. Menariknya, meskipun tes narkoba
baru diwajibkan bagi peserta yang dinyatakan lulus, saya tetap mengurus dan
menyerahkan hasil tes narkoba pada tahap awal. Langkah ini saya ambil sebagai
bentuk kesiapan dan komitmen penuh terhadap proses seleksi. Walaupun terdengar
berlebihan, saya ingin menunjukkan keseriusan saya untuk menjadi bagian dari
Panwascam.
Saat tes tulis berbasis
CAT, saya bertemu dengan banyak peserta dari berbagai latar belakang. Salah
satu momen yang paling saya ingat adalah pertemuan dengan seseorang bernama
Halik Caco, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Panwascam Matakali. Saat itu,
Halik mendekati saya dengan sikap yang sangat akrab. Dia sok asik dan sok
kenal, bahkan sempat meminta permen dari saya. Awalnya, saya mengira dia ingin
meminjam uang, tetapi ternyata hanya permen. Interaksi sederhana ini menjadi
awal dari hubungan kerja yang penuh warna dan saling mendukung hingga saat ini.
Tahap wawancara menjadi
pengalaman yang cukup menegangkan sekaligus menantang. Jadwal wawancara yang
seharusnya saya ikuti berubah mendadak karena satu dan lain hal yang diputuskan
oleh pihak kabupaten. Perubahan ini memaksa saya untuk menyesuaikan diri dan
tetap fokus meski kondisi di luar dugaan. Dalam wawancara tersebut, saya
ditanya mengenai pemahaman tentang peraturan pilkada, strategi pengawasan,
serta bagaimana saya menyikapi berbagai tantangan di lapangan. Saya menjawab
dengan jujur dan berdasarkan pengalaman serta pemahaman yang saya miliki. Momen
ini menjadi pembuktian atas komitmen saya untuk ikut menjaga integritas
demokrasi di tingkat lokal.
Selain itu, saya ingin
membuktikan bahwa anak muda juga bisa berperan besar dalam demokrasi. Tidak
perlu menjadi politisi untuk berkontribusi; menjadi bagian dari pengawas pilkada
sudah cukup untuk memulai perubahan. Dengan menjadi Panwascam, saya tidak hanya
berkontribusi dalam pengawasan, tetapi juga belajar memahami bagaimana sistem
demokrasi bekerja di tingkat akar rumput. Ini adalah pelajaran langsung yang
tidak bisa saya dapatkan di mana pun.
Di balik keputusan ini,
ada harapan besar yang saya bawa. Saya ingin melihat Pilkada yang tidak hanya
menghasilkan pemimpin yang berkualitas, tetapi juga proses pilkada yang
bermartabat. Sebuah demokrasi yang benar-benar mencerminkan kehendak rakyat,
bukan kehendak segelintir orang yang memiliki kuasa dan uang.
Demikianlah perjalanan
saya menjadi seorang Panwascam dimulai. Dengan semangat, idealisme tapi tetap
berkompromi, dan tekad yang kuat, saya melangkah ke dunia pengawasan pilkada,
siap menghadapi tantangan apa pun demi menjaga keadilan dan kejujuran dalam
demokrasi.
- Peran
dan Tanggung Jawab Panwascam
Sebagai seorang Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam)
Matakali, saya, Alfian Alghifari, mengemban amanah besar untuk
memastikan bahwa proses pilkada di tingkat kecamatan berjalan sesuai dengan
prinsip-prinsip demokrasi yang jujur, adil, dan transparan. Tugas ini bukan
hanya soal mengawasi, tetapi juga menyelami inti dari pelaksanaan demokrasi di
Indonesia.
1. Mengawasi Pelaksanaan Kampanye
Tahapan kampanye adalah salah satu fase yang paling
rentan terhadap berbagai bentuk pelanggaran. Dalam peran ini, saya bertanggung
jawab untuk memantau setiap aktivitas peserta pilkada agar tidak melanggar
aturan, seperti politik uang, kampanye hitam, atau penggunaan fasilitas negara.
Pengawasan ini memerlukan kewaspadaan tinggi dan komitmen untuk tetap netral di
tengah tekanan berbagai pihak.
2. Menegakkan Pencegahan dan Penanganan
Pelanggaran
Tugas Panwascam tidak hanya reaktif tetapi juga
preventif. Saya harus memastikan bahwa potensi pelanggaran dapat diminimalisasi
melalui sosialisasi aturan kepada peserta pilkada dan masyarakat. Namun, ketika
pelanggaran terjadi, saya memiliki tanggung jawab untuk menindaklanjutinya
sesuai prosedur hukum, dengan tetap menjunjung tinggi asas keadilan.
3. Menyelesaikan Sengketa pilkada
Sengketa dalam proses pilkada adalah hal yang tidak
dapat dihindari. Sebagai Panwascam, saya dituntut untuk menjadi fasilitator
dalam menyelesaikan sengketa dengan pendekatan yang profesional, objektif, dan
berlandaskan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelesaian ini harus
dilakukan tanpa memihak demi menjaga kredibilitas lembaga pengawas.
4. Melakukan Koordinasi dengan Pemangku
Kepentingan
Keberhasilan pengawasan pilkada tidak dapat dicapai
secara individual. Saya harus menjalin kerja sama erat dengan pihak-pihak
terkait, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU), aparat keamanan, dan organisasi
masyarakat. Sinergi ini penting untuk menciptakan lingkungan pilkada yang
kondusif dan bebas dari konflik.
5. Menyusun Laporan dan Evaluasi
Setiap tindakan dan temuan di lapangan harus
didokumentasikan secara rinci. Penyusunan laporan yang akurat menjadi dasar
evaluasi untuk memperbaiki proses pilkada di masa mendatang. Laporan ini juga
mencerminkan integritas dan profesionalisme Panwascam dalam menjalankan
tugasnya.
6. Menjaga Netralitas dan Integritas
Netralitas adalah jantung dari tugas seorang
Panwascam. Saya harus memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil didasarkan
pada fakta dan aturan, tanpa terpengaruh oleh tekanan atau kepentingan pihak
tertentu. Dengan menjaga netralitas, saya dapat memberikan kontribusi nyata
untuk mewujudkan pilkada yang bersih dan bermartabat.
Sebagai Panwascam, saya percaya bahwa tanggung jawab ini adalah bentuk pengabdian kepada negara dan masyarakat. Meski penuh tantangan, saya menjalani peran ini dengan dedikasi tinggi, meyakini bahwa setiap upaya yang dilakukan adalah investasi untuk masa depan demokrasi Indonesia yang lebih baik.
0 Komentar