Merajut Persaudaraan dalam Keberagaman !


Oleh : Rusmiati.......

Bhinneka Tunggal Ika, adalah sebuah kalimat yang tersusun dari beberapa kata sederhana yang telah lama dijadikan sebagai semboyan bangsa Indonesia dalam mengarungi roda kehidupan berbangsa dan bernegara sejak puluhan tahun yang lalu. Dibalik sederhananya kalimat tersebut terdapat makna yang begitu besar bagi pemersatu dan pengikat simpul tali persaudaraan diatas landasan perbedaan yang sangat beragam, yaitu keberagaman budaya, bahasa, agama dan ras.  Bhinneka Tunggal Ika secara universal memiliki arti yakni “Berbeda-beda Tapi Tetap Satu Jua”. Dengan adanya semboyan tersebut, maka kerukunan, perdamaian, keamanan, keadilan, persatuan dan kesatuan akan tetap terjaga tanpa adanya sikap diskriminasi bagi seluruh rakyat Indonesia dari sabang sampai merauke. Selain menjadi pemersatu, semboyan tersebut juga sebagai tonggak dalam mencapai tujuan bangsa Indonesia yang tercantum di dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Tulisan ini sebenarnya tidak akan membahas mengenai Bhinneka Tunggal Ika secara luas, anggap saja pembuka dari tulisan ini sebagai pengingat bahwa warga negara Indonesia yang notabenenya memiliki keberagaman yang begitu besar mempunyai semboyan yang harus selalu dijadikan sebagai salah satu tonggak dalam mengarungi kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, sangat disayangkan semboyan tersebut sepertinya perlahan tidak di indahkan lagi oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia. Saya berani berkata demikian karena itulah faktanya, dan kali ini saya tidak akan jauh-jauh mengambil contoh isu-isu yang telah berbulan-bulan atau bertahun-tahun berlalu. Tapi disini saya akan mengangkat sebuah isu sara yang sedang gempar dan menjadi perbincangan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang terjadi beberapa hari yang lalu, yang tentunya sangat beresiko bagi kesatuan dan persatuan. Tindakan itu dialami oleh 42 mahasiswa Papua yang tengah berada di sebuah asrama Papua di Surabaya.

Tentu sebagian besar dari kita sudah mengetahui kronologis dari kejadian tersebut, jadi penulis mungkin tidak perlu menjelaskan awal mula tindakan rasisme tersebut. Dari tulisan singkat ini, penulis sekaligus mewakili seluruh warga masyarakat Indonesia ingin mengutarakan harapan yang sangat mendalam yaitu kami berharap tidak ada lagi tindakan rasisme ataupun tindakan-tindakan yang dapat menciderai semboyan yang telah lama dijadikan tonggak bagi persatuan dan kesatuan yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Kita ini Indonesia, dan Papua adalah bagian dari Indonesia, kita memang berbeda tapi bukan untuk dibeda-bedakan, darah kitapun sama yaitu merah, tidak ada yang berdarah biru ataupun warna lain selain merah. Mari tetap menjaga perdamaian dengan menghargai satu sama lain, jangan membuat tindakan yang akan memecahbelah persaudaraan yang telah lama terjalin diatas asas kemerdekaan. Kemerdekaan tidak diperjuangkan oleh satu ras, satu suku, atau satu agama saja, akan tetapi kemerdekaan di perjuangkan oleh seluruh bangsa Indonesia yang sangat beragam yang berasal dari sabang sampai merauke.

#STOP_RASISME
#PAPUA_ADALAH_INDONESIA
#BHINNEKA_TUNGGAL_IKA
#NKRI_HARGA_MATI

Posting Komentar

0 Komentar

Pemberi Nasehat Yang Lupa Menasehati Dirinya Sendiri! | As-Saff | Paradoks Salomo| Psikologi.