Antara Covid-19, perubahan sosial, dan hikmah di dalamnya !




Semuanya berawal ketika Covid-19 menyerang. Dulu semuanya tenang, tentram dan bahagia. Manusia saling berinteraksi antara satu dengan lainnya, saling peka, saling peduli, saling menolong, dan sebagainya. Namun ketika virus itu datang, perubahan sosial itu mulai terjadi. Yang dulunya saling peka, sekarang cuek, yang dulunya peduli, sekarang acuh, yang dulunya berinteraksi, sekarang duduk diam di rumah, dosen yang dulunya setiap kali perkuliahan selesai kita bersalaman, namun sekarang ia menolak untuk di pegang tangannya. Jangankan disentuh, dipegang pun enggan.

Hanya tuhan, zat selaku pencipta ilahi rabbi yang mampu menghapuskan virus yang mematikan ini. Namun sampai saat ini belum ada tanda tanda bahwa ia akan mewujudkan harapan dari setiap mahluknya. Mungkinkah zat tersebut sadar bahwa mahluknya ini ingkar? Pembangkan atas setiap perintah yang ia tetapkan dalam kitab? Atau marah karna si mahluk durhaka ? Wallahu a'lam bissawaf.

Saking mewabahnya virus yang satu ini, presiden pun akhirnya turun tangan. Menghimbau masyarakat agar waspada namun tidak khawatir, belajar di rumah, kerja di rumah, dan tetap di rumah. Perguruan tinggi, sekolah negeri maupun swasta berbondong bondong membuat surat edaran yang isinya adalah stay 14 day di rumah, kuliah online, beware Covid-19,dan jaga himbauan untuk menjaga kebersihan.

Masyarakat se indonesia khawatir, berharap agar segera virus ini segera lenyap sebelum ramadhan datang. Instansi kesehatan diharapkan mampu untuk menciptakan obat yang dapat menghilangkan virus mematikan ini. Pemerintah tak tanggung tanggung memberikan anggaran yang cukup banyak agar Instansi kesehatan tersebut dapat menghadirkan obat penangkal virus ini.

Namun bagaimana pun juga kita berpegang kepada hak prerogative zat pencipta ilahi rabbi. Meskipun kita mati matian untuk menciptakan sebuah obat penangkal, meskipun dengan anggaran yang luar biasa banyak, namun bila sang zat tak berkenang? Mau apa?. Nisaya tak akan terwujud.

Cukup bersabar dan ikhlaskan setiap musibah yang terjadi. Selalu ada hikmah di balik ini. Sang zat berharap, mahluknya berubah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Intinya sekarang kita sudah berada di penghujung dzaman.

Kembali ke dzaman rasulullah, ia sudah memperingatkan kita berabad abad lalu tentang bagaimana cara menghadapi wabah yang menyerang suatu kaum..
Rasulullah bersabda, "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu," (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Ini merupakan metode karantina yang telah diperintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mencegah wabah tersebut menjalar ke negara-negara lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Nabi Muhammad mendirikan tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah dan menjanjikan bahwa mereka yang bersabar dan tinggal akan mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, sedangkan mereka yang melarikan diri dari daerah tersebut diancam malapetaka dan kebinasaan.

Kuncinya Sabar, tabah, dan tetap waspada. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungannya . Amin !

Posting Komentar

0 Komentar

Pemberi Nasehat Yang Lupa Menasehati Dirinya Sendiri! | As-Saff | Paradoks Salomo| Psikologi.