My opini about santri !



Selamat hari santri nasional!

Berbahagialah kalian wahai Santri. Hari ini tepat tanggal 22 oktober adalah saksi sejarah bahwa santri sangat berperan penting dalam terwujudnya NKRI.

Menjadi seorang santri rasanya tenang dan damai, meski kadang ada rasa sedikit takut akibat galaknya kakak mudhabiir dan uztad. Tapi galaknya mereka bukan tanpa sebab, melainkan muncul akibat ke-lalaian seorang Santri sendiri. Hukuman demi hukuman yang di berikan oleh uztad maupun mudhabbir kami terima dengan ikhlas dan tabah. Kami yakin bahwa hukuman yang mereka berikan, tentu ada hikmahnya. Bahkan Sebagian santri meyakini bahwa hukuman dari uztad itu ada berkahnya. Jadi  melanggar tak masalah,yang penting  berkah dari uztad kita dapatkan.

Selain itu santri juga memiliki keuntungan ,kesenangan, dan kekurangan.

Untungnya, kita terjaga dari kemaksiatan dunia yang akan membinasakan kita sebagai manusia. Meskipun belum tentu semua Santri bisa terjaga, tapi setidaknya dengan pelajaran pelajaran agama yang sering kita pelajari ,bisa mempersempit proses kemaksiatan yang lumrah terjadi pada manusia. Bukan hanya itu, seorang Santri juga di tuntut untuk menjadi mandiri dan sabar. Karena itu, segala aktifitas yang santri lakukan tidak lepas dalam proses pembentukan sifat menuju mandiri dan sabar. Mandi antri, makan antri, cuci baju antri, kesekolah antri, mau jajan antri, wudhu antri,  pokoknya dalam aktifitas apapun santri selalu antri. Jadi jangan heran melihat seorang santri yang tingkat mandiri dan sabarnya diatas rata rata.

Senangnya, selama 25 jam kita selalu berjumpa dengan teman yang juga ikut nyantri. Kadang bosan melihat mereka, tapi hanya di pondoklah kita tidak akan menemukan teman munafik. Karena setiap saat kita bertemu. Di kamar ketemu, kantin ketemu, kamar mandi ketemu, aula ketemu, sekolah pun ketemu. Jadi sifat asli teman teman santri pasti akan ketahuan semuanya.
Dalam lini kehidupan seorang santri, kesederhanaan juga melekat dalam diri Mereka. Menggunakan pakaian kumat seadanya, sarungan, peci di kepala, sandal jepit, dan gelang karet. Namun jangan salah, mereka bisa saja menggukan pakaian yang lebih mahal dan bagus,tapi kesadaran akan pentingnya kesederhanaan sudah melekat erat dalam jiwa seorang santri. Jadi untuk apa bergaya, kalau sederhana saja sudah bahagia .

Berbeda dengan mereka yang belajar di sekolah umum dan menyertakan diri dengan sifat gengsinya. Teman beli barang mahal, dia pun ikut beli. Kebahagiaan muncul jika yang kita miliki lebih bagus atau setara dengan apa yang mereka miliki. Contoh : Jika teman memiliki barang dengan merek terbaru, minimal kita juga mempunyai apa yang mereka punya.

Sedihnya, santri itu kuno ndeso dan kampungan katanya. Kebanyakan orang menganggap demikian, karena seorang santri hanya dibekali ilmu keagamaan. Padahal jika di singkrongkan dengan dzaman sekarang, kita berada di era disrupsi . Dimana proses percepatan dalam segala bidang dilakukan. Santri sudah ngak laku. Bahkan ada ancaman bahwa beberapa tahun kedepan, robotlah yang akan menggantikan manusia bekerja. Lantas bagaimanakah nasib seorang Santri?. Jangankan nge sosmed, pegang HP saja santri takut. Bagaimana mau berkembang.
Lagi lagi ini kesalahpahaman fatal yang diterima oleh masyarakat. Santri tidak hanya belajar agama, namun juga belajar ilmu pengetahuan yang sama dengan siswa yang belajar di sekolah umum. Jika dibandingkan, tentu seorang santri lebih unggul, karena selain memperoleh pengetahuan umum, mereka juga dibekali dengan pengetahuan agama yang akan membuat ilmu pengetahuan umum mereka digunakan dengan sebaik baiknya.

Sekarang banyak orang pintar, bahkan seluruh pejabat yang telah di OTT oleh KPK adalah orang hebat dan pintar semua. Lantas apa yang menyebabkan mereka melakukan hal merugikan demikian? Ya... Karena ilmu pengetahuan yang mereka miliki tidak dibarengi dengan kesadaran spiritual. Tidak dibarengi dengan pemahaman agama. Maka jadilah pengetahuan mereka tak ber berkah. Hasilnya ,pengetahuan yang seharusnya memberikan manfaat kepada orang banyak, justru malah merugikan.

Jika anda berfikir santri itu tak berguna, maka siapa yang nantinya akan mencegah kemungkarang dan kebatrilan di negeri ini? Siapa yang akan berada di barisan paling depan melawan penjajah bangsa yang kini asyik duduk manis di kursi kekuasaan? Siapa yang menyuarakan syiar ayiar islam? Siapa yang menjadi pawang bencana?  Huh.... Siapa?.
Jika bukan karena Santri plagiat senjata dari belanda tak akan tercipta, jika bukan karena santri penganut paham extrim akan terus bermunculan, jika bukan karena santri masyarakat muslim yang mendominasi di negeri ini adalah liberal, dan jika bukan karena Santri hancurlah negeri ini.

"Material santri"
Santri... Kau begitu sempurnah...
Peci hitam di kepalamu lambang ketaatan kepada sang maha guru...
Sinar wajahmu melebihi cahaya purnama di malam hari..
Baju kokohmu seharum bunga kasturi...
Di cium walaupun jaraknya sejauh ribuan kilometer...
Karena harummu bukan harum biasa, melainkan harum pemberian pencipta ilahi rabbi....
Sarungmu menjadi saksi pengetahuan agama terserap baik di keplamu...
Meski kadang tersandung dan jatuh akibat cercaan dari mereka kaum sekuler...
Sandal  Jepitmu meninggalkan jejak indah yang akan memberi manfaat kepada orang lain.....
Meski kadang hilang di curi orang...
Memberi tak berharap, diberikan tak berterimah kasih... Dasar liberal...
Akhlak muliamu sungguh sangat memikat...
Putra maupun putri tak peduli jenis kelaminnya...
Namun kau menggunakan pikatanmu dengan sebaik baiknya..
Tak memanfaatkan, tak memanipulasi, kau ikhlas jasmani dan rohani...
Senyumanmu indah, lebih indah dari sunrise di pagi hari.....
Kau tak peduli kepada siapa senyumanmu kau arahkan...
Musuh ataupun bukan, kau tak urusi...
Karena sadar bahwa musuh adalah teman yang tertunda...
Ketaatanmu mendatangkan bahagia kepada dirimu dan orang orang di sekelilingmu..
Ilmu yang kau miliki menerjang si durhaka kepemilikan ilmu palsu...
Santri... Kau adalah aku,dan aku adalah kau...

#banggajadiSantri...

Posting Komentar

0 Komentar

Pemberi Nasehat Yang Lupa Menasehati Dirinya Sendiri! | As-Saff | Paradoks Salomo| Psikologi.